Sejarah
Everton (tim Sepak Bola Kota Liverpool) memenuhi peraturan liga yang
mengharuskan permain dilaksanakan di Stadion tertutup. Sebelumnya
Everton bermain di Lapangan Terbuka Stanley Park. Kemudian Everton
menyewa lapangan Anfield dengan harga murah. Pertandingan pertama
everton di Anfield diadakan pada tanggal 28 September 1884 dimana
Everton membantai Earstown 5-0.
Dalam tahun-tahun berikutnya pemilik Anfield , John Houlding membuat
perbaikan fasilitas dengan memberikan tempat duduk . Saat itu
kapasitasnya mampu menampung 8000 penonton.
Karena adanya perbaikan ini, John Houlding mengenakan kenaikan sewa
kepada Everton sehingga terjadi perselisihan dengan Everton.
Perselisihan ini kemudian menyebabkan Everton pindah ke Goodison Park
(yang menjadi kandangnya sampai saat ini) dan meninggalkan Anfield
kosong.
Terbentuknya Liverpool FC
Karena Anfield sudah tidak berpenghuni, maka John Houlding kemudian
membentuk tim Sepak Bola pada Mei 1892 bernama Liverpool FC. Sejak itu
Liverpool dan Everton menjadi musuh bebuyutan di Merseyside.
Laga perdana Liverpool dilaksanakan pada 1 September 1892, yaitu
pertandingan persahabatan dengan Rotherham Town yang berakhir dengan
score 7-1 untuk Liverpool.
Pertandingan kompetitif pertama yang digelar beberapa hari kemudian di
Anfield oleh Liverpool FC adalah melawan Higer Walton yang hanya
dihadiri 200 penonton dengan kemenangan 8-1 untuk Liverpool. Tetapi
tanggal 10 September 1892, Anfield dihadiri oleh lebih dari 3000 orang
penonton saat Liverpool menghempaskan Stocton yang saat itu adalah
pemimpin klasemenn Liga Lancashire.
The Kop
Pada tahun 1906, teras penonton dibuat dan dinamai SPION KOP, mengambil
nama sebuah bukit di Natal, Afrika Selatan, yang menjadi ajang
pertempuran semasa Perang Boer Kedua. Dibukit ini lebih dari 300 Serdadu
Resimen Lancashire Inggris tewas yang kebanyakan berasal dari
Liverpool.
Pada puncaknya, The Kop pernah ditempati oleh 28,000 orang penonton.
Sehinga tahun 1980-an, The Kop tidak dipasangkan tempat duduk. Penonton
berdiri untuk menyaksikan dan mendukung pasukan mereka. The Kop menjadi
masyur kerana pendukung fanatik Liverpool terkonsentrasi di The Kop.
Bahkan menurut cerita mereka dapat menendang bola ke gawang lawan dari
The Kop.
Tempat duduk baru dipasangkan setelah tejadinya Tragedi Hillsborough
tahun 1989 dimana terdapat regulasi bahwa stadiun harus seluruhnya
dilengkapi dengan tempat duduk.
Pemasangan kursi pada The Kop selesai pada tahun 1995. Kapasitas
penonton di The Kop sekarang adalah 12,409, dengan 9 tempat yang
diperuntukkan bagi penonton yang mempunya keterbatasan (mis. Cacat)
Anfield Road Stand
Pendukung tim lawan di tempatkan di seksi ini. Awalnya, Anfield Road
Stand hanya mempunyai satu baris tempat duduk berteres yang
berwarna-warni. Seksi ini dibangun tahun 1998 sebagai dua bagian tempat
duduk, dan kini dapat memuat 9,074 penonton dengan 2,654 orang penonton
di bagian atas dan 6,391 penonton di bagian bawah serta 29 tempat
untuk mereka yang mempunyai keterbatasan fisik.
Main Stand
Dibuat pada tahun 1895, Main Stand adalah tempat duduk utama di Anfield
dan dapat menampung 3,000 orang penonton. Saat itu, struktur ini dibuat
menggunakan kayu. Walaupun bagian ini disebut Main Stand, namun The
Kop tetap menjadi seksi dimana pendukung fanatik Liverpool berkumpul.
Main Stand adalah bagian pertama yang direnovasi di Anfield yaitu pada
tahun 1973 dan dirasmikan oleh Duke of Kent. Setelah renovasi, Main
Stand dapat menampung sejumlah 12,277 orang penonton, terdiri dari
9,597 orang penonton di tempat duduk utama, 2,409 orang di bahagian
Paddock, 177 di podium Pengarah, 54 orang di podium utama dan ruang
untuk 40 orang dengan keterbatasan fisik.
This is Anfield
Anfield mempunyai reputasi sebagai sebuah Stadion dan dikenali sebagai
'Fortress Anfield'. Semasa Bill Shankly menjadi pengurus, beliau ingin
mewujudkan satu perang Psikologi kepada pasukan lawan. Ia menempatkan
satu papan tanda "This Is Anfield" pada pintu masuk dari kamar ganti ke
lapangan. Pemain-pemain Liverpool akan menyentuh tanda "This Is
Anfield" ini saat akan masuk lapangan . Papan ini menjadi sesuatu yang
menciutkan nyali lawan Liverpool saat bertanding di Anfield.
• Liverpool tidak pernah kalah di Anfield selama 85 petandingan yaitu
antara Januari 1978 hingga Jnauri 1981. Dalam 85 laga tersebut,
Liverpool menjaring 212 gol dan hanya kemasukan 35 gol.
• Liverpool tidak pernah kalah dalam Pertandingan Liga di Anfield dalam
musim-musim 1893/94, 1970/71, 1976/77, 1978/79, 1979/80 and 1987/88.
Liverpool menang semua pertandingan di Anfield dalam musim 1893/94.
Lain-Lain
• Lampu Sorot dipasang tahun 1957 dengan harga £15,000, pertama kali
digunakan dalam pertandingan persahabatan merebut Floodlight Challenge
Trophy pada 30 Oktober 1957 menentang Everton. Billy Liddell melesakkan 2
gol dan Liverpool menang 3-2
• Kehadiran penonton tertinggi pada pertandingan liga adalah 68,757 semasa Liverpool melawan Chelsea dalam musim 1949/50.
• 61,905 orang penonton hadir untuk menyaksikan pertandingan Piala F.A
putaran ke-4 antara Liverpool dan Wolverhampton Wanderers (Wolves) pada 2
February, 1952.
• Pendapatan ticket paling banyak adalah £496,000 semasa Liverpool melawan Newcastle dalam musim 1995-96.
Berdiri: 1892
Alamat: Anfield Road, Liverpool L4 0TH England
Telepon: 0151.26.32.361
Faksimile: 0151.26.08.813
Surat Elektronik: customercontact@liverpoolfc.tv
Laman Resmi: http://www.liverpoolfc.tv
Ketua: Tom Werner
Direktur: Ian Ayre
Stadion: Anfield
Tuesday, January 27, 2015
Pemain-Pemain Legenda Liverpool Sepanjang Masa
Liverpool adalah salah satu klub raksasa yang dimiliki Liga Primer Inggris. Bahkan The Reds
sempat merajai kompetisi sepakbola Negeri Ratu Elisabeth dengan koleksi
trofi terbanyak, yakni 18, sebelum akhirnya catatan mereka itu
dilampaui Manchester United sejak tiga musim terakhir yang perlahan
sukses menambah jumlah piala mereka menjadi 20.
Namun bagaimanapun itu, Liverpool telah diakui sebagai salah satu klub yang disegani di dunia, setidaknya bila publik sadar akan sejarah masif klub yang berbasis di Anfield ini di masa lalu.
Selama tiga dekade beruntun sejak dimulai di era 70-an hingga awal 90-an, hegemoni Liverpool sungguh tak bisa dibantah. Beragam gelar domestik serta Eropa silih berganti masuk ke lemari sejarah The Kop.
Tentu, di balik kesuksesan besar The Reds, ada sosok-sosok pemain yang pernah mengharumkan kejayaan tim asal Merseyside, yang sekarang namanya telah melegenda.
Menjelang kedatangan Liverpool ke Indonesia pada Juli mendatang, GOAL.com Indonesia secara spesial menyuguhkan Anda napak tilas perjalanan hebat 10 pemain yang telah dipandang sebagai legenda besar klub yang berdiri sejak 121 tahun silam itu.
Di bawah komando pelatih manapun, Ian Callaghan sepertinya
bukan pemain yang sulit beradaptasi. Malahan, kontribusinya di atas
ekspektasi.
Di rentang era manajemen Bill Shankly dan Bob Paisley, Callaghan mempersembahkan raihan juara seperti trofi pertama Piala FA pada 1965, dan kegemilangan di pentas Benua Biru saat menghadirkan The Reds titel European Cup [sekarang Liga Champions] di tahun 1977 untuk pertama kalinya.
Total penampilan sang mantan gelandang dengan balutan seragam merah mencapai angka 640, dan secara keseluruhan, bila ditotal dengan performanya untuk klub lain, Callaghan sudah mengoleksi 857 appearances. Catatan terakhir ini membuat namanya masuk dalam sejarah sepakbola Inggris sebagai satu-satunya pemain yang paling banyak mengumpulkan jumlah penampilan.
Prestasi tertinggi Callaghan yaitu ketika dia berhasil membawa timnas Inggris juara Piala Dunia 1966. Trofi di pentas empat tahunan itu menjadi yang perdana bagi The Three Lion sekaligus juga yang terakhir.
Salah satu dari sedikit pemain yang loyal dengan satu klub sepanjang kariernya. Dialah Jamie Carragher.
Nama Carragher sudah amat melekat di hati loyalis The Kop. Setiap penampilannya di lapangan, selalu teriring nyanyian parodi The Beatles "Yellow Subrime" untuk sang defender: "We all dream of a team of Carragher".
Sebagaimana diketahui, Jamie telah memutuskan untuk lepas sepatu di akhir musim kemarin setelah bermain sebanyak 709 laga bareng The Reds. Namun, berkat kesetiaannya di Anfield, rasanya pantas bila publik Merseyside bersedih karena tak lagi bisa melihat figur pemain paling setia musim depan.
Walau di masa kanak-kanaknya dia adalah Evertonian, tapi catatan satu dekadenya dengan torehan banjir piala bersama The Reds sepertinya sudah cukup untuk menyebut sang denyut jantung klub sebagai A true Liverpool legend!
Membawa Liverpool juara Liga Champions [dulu European Cup]
tiga kali dalam kurun waktu empat tahun [1977, 1978 dan 1980], Ray
Clemence lantas dipandang sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah
dimiliki The Reds.
Pria 64 tahun ini juga merupakan bagian dari era kesuksesan Liverpool di bawah polesan tangan dingin Bill Shankly.
Di bawah naungan The Kop, Clemence telah berbakti membela klub selama 665 laga sejak era 70-an. Kini sang legenda bekerja sebagai kepala pengembangan FA yag mengawasi bibit-bibit muda Inggris dari level U-16 hingga U-21.
Selain itu, pria yang di masa kanak-kanaknya mendalami ilmu sepakbola di akademi Notts Country itu juga adalah bagian dari salah satu staf senior timnas Inggris. Di sana dia bekerja sebagai pelatih kiper.
Anda yang tahu sepak terjang sosok legenda satu ini, rasanya bakal
sepakat menyebutnya "pemain liar". Saking liarnya, dia kemudian diberi
julukan "Crazy Horse", si Kuda Liar Merah.
Pemain bertahan milik The Reds di era 1967-1979 itu menjadi salah satu bagian dari sejarah hegeoni Liverpool di masa lalu. Dia mengapteni Liverpool untuk merebut dua trofi pertama European Cup [1977 dan 1978].
Sosoknya yang tangguh serta berjiwa pemimpin, membuat dirinya juga dipercaya mengenakan ban kapten timnas Inggris di era 70-an. Keberhasilan Hughes memimpin timnas memang sudah diprediksi oleh manajer Bhill Shankly ketika membeli Hughes dari Blackpool Februari 1967. Ketika sang manajer hendak membawa Hughes ke Anfield untuk kali pertama, mobil Shankly sempat dihentikan oleh seorang polisi, namun sang juru taktik berkata: "Tidakkah Anda tahu siapa yang saya bawa di mobil ini? Dia kapten Inggris!". Si polisi memang tidak mengenali Hughes saat itu karena si pemain memang bukan siapa-siapa. Shankly melanjutkan: "Anda harus mengenalnya!". Dan benar saja, di masa mendatang pascamomen itu, Hughes benar-benar menjadi kapten Inggris.
Pria kelahiran Lancashire 57 tahun silam ini telah mencatat rekor 665 penampilan di bawah seragam Liverpool.
The Kop mana yang tak mengidolakan pemain yang identik dengan kumisnya itu. Yah, Ian Rush! Top skor Liverpool sepanjang masa.
Selama 15 tahun berbakti di Anfield, Ian berhasil mengumpulkan pundi-pundi sebanyak 346 gol di semua kompetisi. Sampai sekarang, belum ada lagi regenerasi yang bisa melampaui catatan gemilangnya itu. Total gol Ian juga jika dirata-ratakan hampir selalu ada gol di setiap pertandingan yang dilakoninya.
Ian telah menjadi pemain kunci di generasinya. Satu hal penting yang selalu tertanam di benak para pemuja The Reds terhadap pria 51 tahun itu: kolektor gol. Hanya itu!
Selama berkarier di Liverpool dia telah menempatkan tim meraih trofi juara prestisius seperti lima gelar Liga Primer Inggris dan dua titel European Cup.
Setelah tak lagi aktif sebagai pemain, Ian beralih profesi menjadi komentator sepakbola di salah satu stasiun televisi Inggris.
Phil Neal menjadi satu-satunya pemain Inggris yang mampu tampil lima kali di final European Cup.
Dari lima final yang pernah dilaluinya itu, empat trofi bergengsi Benua Biru itu berhasil dia suguhkan untuk publik Merseyside. Neal semakin menancapkan reputasi tingginya di final Eropa kelimanya saat The Reds bertemu Juventus 1985 silam, di mana dia menjadi kapten pada laga itu.
Selain itu, Neal dikenal sebagai salah satu pemain tersukses Inggris dalam sejarah, dengan mampu memenangkan delapan trofi Liga Primer Inggris, empat Piala Liga, lima FA Charity Shields, empat piala Liga Champions, dan sepasang Piala UEFA-Piala Super Eropa selama delapan musimnya bermukim di Liverpool.
Setelah bertahun-tahun mengabdi di Anfield, Neal pun melanjutkan kiprahnya sebagai pelatih. Dia sempat memoles klub sekelas Bolton Wanderers dan Manchester City. Untuk tim yang disebut pertama, pengoleksi 650 laga untuk Liverpool itu pernah memberikan titel Football League Trophy pada 1989.
Tak berlebihan rasanya predikat King Kenny melekat pada
dirinya. Selama bernaung di Liverpool, serentet prestasi agung
direngkuhnya.
Gelar pribadi masif semacam Ballon d'Or, PFA Player of the Year, dan FWA Footballer of the Year di tahun 1983 serta penghargaan-penghargaan individu lainnya seakan menjelaskan di era tersebut ada pesepakbola sohor lahir dari Liverpool.
Tak hanya gelar pribadi, ketika aktif bermain, secara total, The Reds diantarnya mendulang 23 trofi, baik di domestik dan Eropa sepanjang catatan 501 laga berikut 169 gol dengan balutan seragam Merah.
Sosoknya yang begitu kental dengan publik Anfield membuatnya dipercaya penuh untuk mengambil mandat duduk di kursi utama pelatih Liverpool pertengahan 80-an dan kembali lagi ditunjuk melatih Steven Gerrard cs pada 2011 silam sebelum musim lalu diberhentikerjakan untuk digantikan Brendan Rodgers. Namun, kepergian Dalglish tetap harum karena sebagia pelatih pun dia tetap gemilang dengan menghadirkan tiga gelar EPL, dua Piala FA, satu Piala Liga dan empat FA Charity Shield.
Jika bicara kiper legendaris terbaik Liverpool, selain Ray Clemence, Bruce Grobbelaar orangnya.
Loyalis The Reds mungkin tak akan pernah lupa dengan satu momen atraksi liuk gemulai kakinya yang membuat dia kemudian dijuluki si kaki spaghetti di final European Cup 1984 kala berhadapan dengan AS Roma. Dalam laga yang berakhir dengan adu penalti itu, Grobbelaar benar-benar menjadi protagonis.
Banyak klub sudah pernah dia bela, tapi Liverpool lah yang meroketkan namanya. 628 penampilan bersama The Reds tampaknya sudah cukup menjadi bukti betapa vitalnya peran sang kiper di bawah mistar.
Pada 1994, Grobbelaar pernah dirundung isu tidak sedap mengenai dugaan keterlibatan dalam skandal pengaturan pertandingan menyusul ditemukannya sebuah rekaman yang menggambarkan dirinya sedang membahas perjudian. Tapi pada perkembangannya, pria 55 tahun itu dinyatakan tidak bersalah.
Alan Hansen adalah bagian integral Liverpool ketika mereka mendominasi liga Inggris sepanjang era 80-an.
Hansen dianggap sebagai salah satu bek tersohor di negeri Ratu Elisabeth ketika itu dengan keberhasilannya mengangkat Liverpool delapan kali berdiri di podium juara kompetisi teratas Inggris dalam kurun 1979 hingga 1990 secara berturut-turut. Sejarah sepakbola Inggris juga mencatat, Hansen adalah pemain pertama yang sukses memenangkan titel liga di tiga dekade berbeda.
Tak hanya di domestik, di ajang Eropa, tiga kali dia membentengi lini pertahanan The Reds untuk membawa klub membungkus tiga gelar European Cup pada 1978, 1981, dan 1984.
Pemilik 620 caps bersama Liverpool itu setelah pensiun sempat bekerja di televisi BBC sebagai analis sepakbola. Hansen juga pernah menjadi saksi hidup salah satu tragedi paling masyhur di sepakbola Inggris, bencana Hillsborough pada 1989.
Salah satu kapten terhebat, gelandang haus gol, dan gambaran apa lagi yang ingin Anda sebutkan melihat sosok satu ini?
Jika Anda berpikir Liverpool, satu nama ini tak bisa dipisahkan. Gerrard selalu diibaratkan sebagai pemain yang tak pernah berhenti berlari hingga melihat timnya menjadi juara. Kenny Dalglish pernah bilang: "Apalagi yang mau diperdebatkan dari Gerrard? Dia adalah pemain terbaik dengan balutan seragam merah yang pernah ada."
Total 629 laga yang sudah dimainkannya bersama Kop seakan menegaskan betapa kelirunya publik Anfield bila mereka tidak menempatkan figur gelandang 33 tahun itu ke jajaran legenda Liverpool.
Lebih dari itu, Gerrard juga sudah mendapat pengakuan sebagai salah satu gelandang dengan jiwa kepemimpinan terbaik dalam sejarah sepakbola Inggris.
Peraih perunggu di Ballon d'Or edisi 2005 itu memang belum pernah membawa Liverpool juara Liga Primer Inggris. Tapi loyalitas sang kapten rasanya terlalu agung untuk dibandingkan "hanya" dengan koleksi juara yang pernah dia hadirkan.
Namun bagaimanapun itu, Liverpool telah diakui sebagai salah satu klub yang disegani di dunia, setidaknya bila publik sadar akan sejarah masif klub yang berbasis di Anfield ini di masa lalu.
Selama tiga dekade beruntun sejak dimulai di era 70-an hingga awal 90-an, hegemoni Liverpool sungguh tak bisa dibantah. Beragam gelar domestik serta Eropa silih berganti masuk ke lemari sejarah The Kop.
Tentu, di balik kesuksesan besar The Reds, ada sosok-sosok pemain yang pernah mengharumkan kejayaan tim asal Merseyside, yang sekarang namanya telah melegenda.
Menjelang kedatangan Liverpool ke Indonesia pada Juli mendatang, GOAL.com Indonesia secara spesial menyuguhkan Anda napak tilas perjalanan hebat 10 pemain yang telah dipandang sebagai legenda besar klub yang berdiri sejak 121 tahun silam itu.
IAN CALLAGHAN |
|
Di rentang era manajemen Bill Shankly dan Bob Paisley, Callaghan mempersembahkan raihan juara seperti trofi pertama Piala FA pada 1965, dan kegemilangan di pentas Benua Biru saat menghadirkan The Reds titel European Cup [sekarang Liga Champions] di tahun 1977 untuk pertama kalinya.
Total penampilan sang mantan gelandang dengan balutan seragam merah mencapai angka 640, dan secara keseluruhan, bila ditotal dengan performanya untuk klub lain, Callaghan sudah mengoleksi 857 appearances. Catatan terakhir ini membuat namanya masuk dalam sejarah sepakbola Inggris sebagai satu-satunya pemain yang paling banyak mengumpulkan jumlah penampilan.
Prestasi tertinggi Callaghan yaitu ketika dia berhasil membawa timnas Inggris juara Piala Dunia 1966. Trofi di pentas empat tahunan itu menjadi yang perdana bagi The Three Lion sekaligus juga yang terakhir.
JAMIE CARRAGHER |
|
Nama Carragher sudah amat melekat di hati loyalis The Kop. Setiap penampilannya di lapangan, selalu teriring nyanyian parodi The Beatles "Yellow Subrime" untuk sang defender: "We all dream of a team of Carragher".
Sebagaimana diketahui, Jamie telah memutuskan untuk lepas sepatu di akhir musim kemarin setelah bermain sebanyak 709 laga bareng The Reds. Namun, berkat kesetiaannya di Anfield, rasanya pantas bila publik Merseyside bersedih karena tak lagi bisa melihat figur pemain paling setia musim depan.
Walau di masa kanak-kanaknya dia adalah Evertonian, tapi catatan satu dekadenya dengan torehan banjir piala bersama The Reds sepertinya sudah cukup untuk menyebut sang denyut jantung klub sebagai A true Liverpool legend!
RAY CLEMENCE |
|
Pria 64 tahun ini juga merupakan bagian dari era kesuksesan Liverpool di bawah polesan tangan dingin Bill Shankly.
Di bawah naungan The Kop, Clemence telah berbakti membela klub selama 665 laga sejak era 70-an. Kini sang legenda bekerja sebagai kepala pengembangan FA yag mengawasi bibit-bibit muda Inggris dari level U-16 hingga U-21.
Selain itu, pria yang di masa kanak-kanaknya mendalami ilmu sepakbola di akademi Notts Country itu juga adalah bagian dari salah satu staf senior timnas Inggris. Di sana dia bekerja sebagai pelatih kiper.
EMLYN HUGHES |
|
Pemain bertahan milik The Reds di era 1967-1979 itu menjadi salah satu bagian dari sejarah hegeoni Liverpool di masa lalu. Dia mengapteni Liverpool untuk merebut dua trofi pertama European Cup [1977 dan 1978].
Sosoknya yang tangguh serta berjiwa pemimpin, membuat dirinya juga dipercaya mengenakan ban kapten timnas Inggris di era 70-an. Keberhasilan Hughes memimpin timnas memang sudah diprediksi oleh manajer Bhill Shankly ketika membeli Hughes dari Blackpool Februari 1967. Ketika sang manajer hendak membawa Hughes ke Anfield untuk kali pertama, mobil Shankly sempat dihentikan oleh seorang polisi, namun sang juru taktik berkata: "Tidakkah Anda tahu siapa yang saya bawa di mobil ini? Dia kapten Inggris!". Si polisi memang tidak mengenali Hughes saat itu karena si pemain memang bukan siapa-siapa. Shankly melanjutkan: "Anda harus mengenalnya!". Dan benar saja, di masa mendatang pascamomen itu, Hughes benar-benar menjadi kapten Inggris.
Pria kelahiran Lancashire 57 tahun silam ini telah mencatat rekor 665 penampilan di bawah seragam Liverpool.
IAN RUSH |
|
Selama 15 tahun berbakti di Anfield, Ian berhasil mengumpulkan pundi-pundi sebanyak 346 gol di semua kompetisi. Sampai sekarang, belum ada lagi regenerasi yang bisa melampaui catatan gemilangnya itu. Total gol Ian juga jika dirata-ratakan hampir selalu ada gol di setiap pertandingan yang dilakoninya.
Ian telah menjadi pemain kunci di generasinya. Satu hal penting yang selalu tertanam di benak para pemuja The Reds terhadap pria 51 tahun itu: kolektor gol. Hanya itu!
Selama berkarier di Liverpool dia telah menempatkan tim meraih trofi juara prestisius seperti lima gelar Liga Primer Inggris dan dua titel European Cup.
Setelah tak lagi aktif sebagai pemain, Ian beralih profesi menjadi komentator sepakbola di salah satu stasiun televisi Inggris.
PHIL NEAL |
|
Dari lima final yang pernah dilaluinya itu, empat trofi bergengsi Benua Biru itu berhasil dia suguhkan untuk publik Merseyside. Neal semakin menancapkan reputasi tingginya di final Eropa kelimanya saat The Reds bertemu Juventus 1985 silam, di mana dia menjadi kapten pada laga itu.
Selain itu, Neal dikenal sebagai salah satu pemain tersukses Inggris dalam sejarah, dengan mampu memenangkan delapan trofi Liga Primer Inggris, empat Piala Liga, lima FA Charity Shields, empat piala Liga Champions, dan sepasang Piala UEFA-Piala Super Eropa selama delapan musimnya bermukim di Liverpool.
Setelah bertahun-tahun mengabdi di Anfield, Neal pun melanjutkan kiprahnya sebagai pelatih. Dia sempat memoles klub sekelas Bolton Wanderers dan Manchester City. Untuk tim yang disebut pertama, pengoleksi 650 laga untuk Liverpool itu pernah memberikan titel Football League Trophy pada 1989.
KENNY DALGLISH |
|
Gelar pribadi masif semacam Ballon d'Or, PFA Player of the Year, dan FWA Footballer of the Year di tahun 1983 serta penghargaan-penghargaan individu lainnya seakan menjelaskan di era tersebut ada pesepakbola sohor lahir dari Liverpool.
Tak hanya gelar pribadi, ketika aktif bermain, secara total, The Reds diantarnya mendulang 23 trofi, baik di domestik dan Eropa sepanjang catatan 501 laga berikut 169 gol dengan balutan seragam Merah.
Sosoknya yang begitu kental dengan publik Anfield membuatnya dipercaya penuh untuk mengambil mandat duduk di kursi utama pelatih Liverpool pertengahan 80-an dan kembali lagi ditunjuk melatih Steven Gerrard cs pada 2011 silam sebelum musim lalu diberhentikerjakan untuk digantikan Brendan Rodgers. Namun, kepergian Dalglish tetap harum karena sebagia pelatih pun dia tetap gemilang dengan menghadirkan tiga gelar EPL, dua Piala FA, satu Piala Liga dan empat FA Charity Shield.
BRUCE GROBBELAAR |
|
Loyalis The Reds mungkin tak akan pernah lupa dengan satu momen atraksi liuk gemulai kakinya yang membuat dia kemudian dijuluki si kaki spaghetti di final European Cup 1984 kala berhadapan dengan AS Roma. Dalam laga yang berakhir dengan adu penalti itu, Grobbelaar benar-benar menjadi protagonis.
Banyak klub sudah pernah dia bela, tapi Liverpool lah yang meroketkan namanya. 628 penampilan bersama The Reds tampaknya sudah cukup menjadi bukti betapa vitalnya peran sang kiper di bawah mistar.
Pada 1994, Grobbelaar pernah dirundung isu tidak sedap mengenai dugaan keterlibatan dalam skandal pengaturan pertandingan menyusul ditemukannya sebuah rekaman yang menggambarkan dirinya sedang membahas perjudian. Tapi pada perkembangannya, pria 55 tahun itu dinyatakan tidak bersalah.
ALAN HANSEN |
|
Hansen dianggap sebagai salah satu bek tersohor di negeri Ratu Elisabeth ketika itu dengan keberhasilannya mengangkat Liverpool delapan kali berdiri di podium juara kompetisi teratas Inggris dalam kurun 1979 hingga 1990 secara berturut-turut. Sejarah sepakbola Inggris juga mencatat, Hansen adalah pemain pertama yang sukses memenangkan titel liga di tiga dekade berbeda.
Tak hanya di domestik, di ajang Eropa, tiga kali dia membentengi lini pertahanan The Reds untuk membawa klub membungkus tiga gelar European Cup pada 1978, 1981, dan 1984.
Pemilik 620 caps bersama Liverpool itu setelah pensiun sempat bekerja di televisi BBC sebagai analis sepakbola. Hansen juga pernah menjadi saksi hidup salah satu tragedi paling masyhur di sepakbola Inggris, bencana Hillsborough pada 1989.
STEVEN GERRARD |
|
Jika Anda berpikir Liverpool, satu nama ini tak bisa dipisahkan. Gerrard selalu diibaratkan sebagai pemain yang tak pernah berhenti berlari hingga melihat timnya menjadi juara. Kenny Dalglish pernah bilang: "Apalagi yang mau diperdebatkan dari Gerrard? Dia adalah pemain terbaik dengan balutan seragam merah yang pernah ada."
Total 629 laga yang sudah dimainkannya bersama Kop seakan menegaskan betapa kelirunya publik Anfield bila mereka tidak menempatkan figur gelandang 33 tahun itu ke jajaran legenda Liverpool.
Lebih dari itu, Gerrard juga sudah mendapat pengakuan sebagai salah satu gelandang dengan jiwa kepemimpinan terbaik dalam sejarah sepakbola Inggris.
Peraih perunggu di Ballon d'Or edisi 2005 itu memang belum pernah membawa Liverpool juara Liga Primer Inggris. Tapi loyalitas sang kapten rasanya terlalu agung untuk dibandingkan "hanya" dengan koleksi juara yang pernah dia hadirkan.
Rodgers : "Liverpool bakal jadi pesaing juara musim depan"
Brendan Rodgers tegaskan Liverpool akan kembali menjadi pesaing titel
juara Premier League musim depan. Sang manajer mengaku, seiring
berjalannya waktu skuatnya akan makin padu sehingga permainan cantik
mereka segera hadir. Bila itu semua sudah tiba waktunya, maka The Reds
merupakan tim yang siap bersaing memperebutkan gelar juara.
Musim lalu, di luar dugaan Liverpool mampu bersaing sengit dengan Arsenal, Chelsea dan Manchester City di jalur perebutan juara. Saat Arsenal dan Chelsea gugur satu-satu, The Reds menjadi pesaing tunggal City. Sempat memimpin klasemen hingga pekan ke-36, Steven Gerarrd cs. harus merelakan trofi dibawa ke Etihad Stadium untuk diangkat oleh Vincent Kompany cs.
Situasi berubah drastis musim ini. Kepergian Luis Suarez, cedera panjang Daniel Sturridge, ditambah masuknya delapan pemain baru ke dalam tim membuat Liverpool kurang padu. Rodgers sampai harus melakukan bongkar-pasang pemain dan gonta-ganti strategi demi mencari ramuan yang pas. Akibatnya, poin demi poin melayang sehingga sempat membuat The Reds terlempar hingga ke peringkat 12.
Perubahan terjadi sejak pertengahan Desember lalu. Tepatnya sejak saat Rodgers menerapkan skema 3-4-2-1 dengan mengandalkan Raheem Sterling di lini depan seorang diri. Sembilan pertandingan tak terkalahkan di segala ajang adalah buahnya. Karenanya, Rodgers tak segan-segan berkata musim depan saatnya kembali bersaing sebagai calon juara.
“Aku percaya skuat ini punya kemampuan memenangkan Premier League. Para pemain dapat tumbuh bersama, dan jika kami bisa meraih sukses di kompetisi piala domestik musim ini, hal tersebut akan memberikan rangsangan lebih besar bagi kami untuk terus kompak dalam pertandingan,” demikian penjelasan Rodgers, seperti disampaikan dalam konferensi pers jelang pertandingan melawan Bolton Wanderers.
“Kami tahu kami membeli beberapa talenta dan beberapa di antaranya akan menyatu lebih cepat dari tim dibanding yang lain. Tapi begitu mereka menemukan ritme permainannya dan beradaptasi dengan cara mereka bekerja, kami punya masa depan cerah bersama mereka.
“Dalam enam-tujuh pekan terakhir kami telah menyatu. Keindahan dari skuat kami adalah kami mempunya banyak sekali pemain yang berkembang dengan pesat. Itu menariknya. Para pemain masih muda dan masih terus belajar di level ini, (Emre) Can, (Philippe) Coutinho, Sterling, (Alberto) Moreno, (Javier) Manquillo, dan ada juga pemain-pemain snior yang masih bisa berkembang seperti (Adam) Lallana.
“Kami hanya butuh waktu untuk berusaha dan bekerja bersama. Jika penyatuan ini komplit pada musim panas mendatang, maka kami bisa berlari dan bersaing memperebutkan gelar juara lagi,” tambah Rodgers.
Bagaimana dengan musim ini? Apa target Rodgers bersama Liverpool?
“Musim ini akan selalu berjalan sulit. Dengan begitu banyak perubahan dan semua hal yang terjadi, kami tidak akan bersaing memprebutkan titel juara musim ini. Itulah kenyataannya,” sambung Rodgers.
“Musim ini hanyalah tentang meraih posisi empat besar, meminimalisir pengaruh dari banyaknya pemain baru, memberikan mereka kesempatan untuk berkembang, dan kemudian menargetkan sebuah trofi di kompetisi piala domestik. Itulah fokus utama kami sekarang,” pungkasnya.
Musim lalu, di luar dugaan Liverpool mampu bersaing sengit dengan Arsenal, Chelsea dan Manchester City di jalur perebutan juara. Saat Arsenal dan Chelsea gugur satu-satu, The Reds menjadi pesaing tunggal City. Sempat memimpin klasemen hingga pekan ke-36, Steven Gerarrd cs. harus merelakan trofi dibawa ke Etihad Stadium untuk diangkat oleh Vincent Kompany cs.
Situasi berubah drastis musim ini. Kepergian Luis Suarez, cedera panjang Daniel Sturridge, ditambah masuknya delapan pemain baru ke dalam tim membuat Liverpool kurang padu. Rodgers sampai harus melakukan bongkar-pasang pemain dan gonta-ganti strategi demi mencari ramuan yang pas. Akibatnya, poin demi poin melayang sehingga sempat membuat The Reds terlempar hingga ke peringkat 12.
Perubahan terjadi sejak pertengahan Desember lalu. Tepatnya sejak saat Rodgers menerapkan skema 3-4-2-1 dengan mengandalkan Raheem Sterling di lini depan seorang diri. Sembilan pertandingan tak terkalahkan di segala ajang adalah buahnya. Karenanya, Rodgers tak segan-segan berkata musim depan saatnya kembali bersaing sebagai calon juara.
“Aku percaya skuat ini punya kemampuan memenangkan Premier League. Para pemain dapat tumbuh bersama, dan jika kami bisa meraih sukses di kompetisi piala domestik musim ini, hal tersebut akan memberikan rangsangan lebih besar bagi kami untuk terus kompak dalam pertandingan,” demikian penjelasan Rodgers, seperti disampaikan dalam konferensi pers jelang pertandingan melawan Bolton Wanderers.
“Kami tahu kami membeli beberapa talenta dan beberapa di antaranya akan menyatu lebih cepat dari tim dibanding yang lain. Tapi begitu mereka menemukan ritme permainannya dan beradaptasi dengan cara mereka bekerja, kami punya masa depan cerah bersama mereka.
“Dalam enam-tujuh pekan terakhir kami telah menyatu. Keindahan dari skuat kami adalah kami mempunya banyak sekali pemain yang berkembang dengan pesat. Itu menariknya. Para pemain masih muda dan masih terus belajar di level ini, (Emre) Can, (Philippe) Coutinho, Sterling, (Alberto) Moreno, (Javier) Manquillo, dan ada juga pemain-pemain snior yang masih bisa berkembang seperti (Adam) Lallana.
“Kami hanya butuh waktu untuk berusaha dan bekerja bersama. Jika penyatuan ini komplit pada musim panas mendatang, maka kami bisa berlari dan bersaing memperebutkan gelar juara lagi,” tambah Rodgers.
Bagaimana dengan musim ini? Apa target Rodgers bersama Liverpool?
“Musim ini akan selalu berjalan sulit. Dengan begitu banyak perubahan dan semua hal yang terjadi, kami tidak akan bersaing memprebutkan titel juara musim ini. Itulah kenyataannya,” sambung Rodgers.
“Musim ini hanyalah tentang meraih posisi empat besar, meminimalisir pengaruh dari banyaknya pemain baru, memberikan mereka kesempatan untuk berkembang, dan kemudian menargetkan sebuah trofi di kompetisi piala domestik. Itulah fokus utama kami sekarang,” pungkasnya.
Liverpool Sia-siakan Suso Fernadez
Suso Fernandez sudah resmi berseragam AC Milan. Belum sampai sepekan
sejak transfernya diumumkan secara resmi, pemain berusia 21 tahun ini
sudah menyerang mantan klubnya. Menurutnya, alasan ia menolak
perpanjangan kontrak dari Liverpool pada musim panas lalu adalah karena
nilainya yang “tidak layak” secara ekonomi maupun secara olahraga.
Suso awalnya hanya akan dipinjam oleh Milan selama setengah musim. Baru setelah kontraknya berakhir Juni mendatang, I Rossoneri akan mengontraknya secara permanen. Namun belakangan Liverpool berhasil membujuk klub yang bermarkas di San Siro tersebut untuk langsung membeli Suso secara permanen.
Kepindahan Suso bisa dimaklumi, mengingat ia jarang mendapat kesempatan tampil bersama Liverpool. Musim lalu ia malah dipinjamkan ke Almeria di Liga Spanyol, padahal penampilannya di awal musim 2012/13 terbilang apik. Setengah musim ini ia baru tampil sekali bersama Liverpool, itu pun di ajang Piala Liga di mana ia mencetak gol debutnya.
Kepada harian Marca, Suso membeberkan alasannya menolak tawaran kontrak baru yang ditawarkan Liverpool pada awal musim. Menurutnya, angka yang ditawarkan Liverpool tidak menggambarkan penghargaan yang layak terhadap kerja kerasnya selama ini. Keinginannya terpenuhi dalam kontrak yang diajukan Milan, karenanya ia memilih pindah.
“Kontrakku akan berakhir pada Juni mendatang dan tawaran Liverpool tidak memuaskanku, baik secara ekonomi ataupun dalam kacamata olahraga. Aku datang sebagai seorang bocah dan aku telah belajar banyak. Aku tumbuh dan berkembang, namun aku tidak melihat kepercayaan terhadapku,” ujar Suso kepada Marca.
Tentu saja Suso tak membeberkan berapa gaji yang ditawarkan Liverpool dalam draf perpanjangan kontrak, dan berapa yang ditawarkan Milan. Ia menegaskan, ia butuh suasana baru dan Milan menawarkan semua yang ia inginkan.
“Aku ingin ganti suasana. Dan Milan menawarkan semua yang aku butuhkan,” tambahnya.
“Aku sangat berterima kasih pada Liverpool, aku meninggalkan banyak teman luar biasa di sana. Tapi kini aku hanya berpikir untuk melakukan debutku bersama Milan,” pungkasnya.
Pekan lalu, AC Milan dikalahkan Atalanta di lanjutan Serie A. Nama Suso belum masuk dalam skuat tim yang dibawa pelatih Filippo Inzaghi saat itu. Pekan depan, I Rossoneri bakal melakoni laga berat melawan Lazio. Bisa jadi dalam pertandingan ini nama Suso mulai terlihat, meski hanya di bangku cadangan.
Suso awalnya hanya akan dipinjam oleh Milan selama setengah musim. Baru setelah kontraknya berakhir Juni mendatang, I Rossoneri akan mengontraknya secara permanen. Namun belakangan Liverpool berhasil membujuk klub yang bermarkas di San Siro tersebut untuk langsung membeli Suso secara permanen.
Kepindahan Suso bisa dimaklumi, mengingat ia jarang mendapat kesempatan tampil bersama Liverpool. Musim lalu ia malah dipinjamkan ke Almeria di Liga Spanyol, padahal penampilannya di awal musim 2012/13 terbilang apik. Setengah musim ini ia baru tampil sekali bersama Liverpool, itu pun di ajang Piala Liga di mana ia mencetak gol debutnya.
Kepada harian Marca, Suso membeberkan alasannya menolak tawaran kontrak baru yang ditawarkan Liverpool pada awal musim. Menurutnya, angka yang ditawarkan Liverpool tidak menggambarkan penghargaan yang layak terhadap kerja kerasnya selama ini. Keinginannya terpenuhi dalam kontrak yang diajukan Milan, karenanya ia memilih pindah.
“Kontrakku akan berakhir pada Juni mendatang dan tawaran Liverpool tidak memuaskanku, baik secara ekonomi ataupun dalam kacamata olahraga. Aku datang sebagai seorang bocah dan aku telah belajar banyak. Aku tumbuh dan berkembang, namun aku tidak melihat kepercayaan terhadapku,” ujar Suso kepada Marca.
Tentu saja Suso tak membeberkan berapa gaji yang ditawarkan Liverpool dalam draf perpanjangan kontrak, dan berapa yang ditawarkan Milan. Ia menegaskan, ia butuh suasana baru dan Milan menawarkan semua yang ia inginkan.
“Aku ingin ganti suasana. Dan Milan menawarkan semua yang aku butuhkan,” tambahnya.
“Aku sangat berterima kasih pada Liverpool, aku meninggalkan banyak teman luar biasa di sana. Tapi kini aku hanya berpikir untuk melakukan debutku bersama Milan,” pungkasnya.
Pekan lalu, AC Milan dikalahkan Atalanta di lanjutan Serie A. Nama Suso belum masuk dalam skuat tim yang dibawa pelatih Filippo Inzaghi saat itu. Pekan depan, I Rossoneri bakal melakoni laga berat melawan Lazio. Bisa jadi dalam pertandingan ini nama Suso mulai terlihat, meski hanya di bangku cadangan.
Kiper Bolton Wanderers Pikat Hati Brendan Rodgers
Penampilan apik kiper Bolton Wanderers Adam Bogdan saat menghadapi
Liverpool di putaran keempat Piala FA, Ahad (25/1) dini hari WIB lalu,
disebut-sebut membuat manajer Brendan Rodgers terpikat. Mengingat
kontrak kiper asal Hungaria tersebut bakal habis Juni nanti, namanya pun
masuk dalam daftar kiper incaran The Reds musim depan.
Mengandalkan formasi 3-4-2-1 andalannya, Rodgers memasang Raheem Sterling sebagai striker tunggal di lini depan. Hasilnya tokcer seperti sebelum-sebelumnya, dalam artian serangan Liverpool mengalir deras ke lini pertahanan Bolton. Total The Reds melancarkan 24 tembakan selama 90 menit berjalan. Dari jumlah itu, sembilan tembakan mengarah tepat ke gawang.
Sayang, peluang demi peluang yang dibuat Liverpool selalu mentah di tangan Bogdan. Kiper berusia 27 tahun tersebut melakukan serangkaian penyelamatan untuk menjaga gawangnya tetap bersih. Skor akhir 0-0 menjadi buah dari penampilan brilian Bogdan, tentu juga ditopang oleh disiplinnya lini pertahanan Bolton.
Bogdan sebenarnya bukan pilihan utama manajer Neil Lennon di Bolton. Pertandingan melawan Liverpool adalah pertandingan keduanya sepanjang musim ini, yang pertama pun dicatatkan pada Agustus lalu. Lennon lebih mempercayakan pos penjaga gawang kepada Andy Lonergan.
Jawaban yang diberikan Bogdan pada kepercayaan Lennon sungguh luar biasa. Andai bukan karena penyelamatan demi penyelamatan yang dilakukannya, Bolton bisa jadi pulang dari Anfield dengan kekalahan 2-3 gol tanpa balas. Ini jadi clean sheet kedua bagi Bogdan musim ini, dua-duanya di Piala FA. Menarik dinantikan akankah Lennon bakal mempercayakan posisi kiper utama kepada Bogdan di laga replay pekan depan.
Menyusul penampilan briliannya tersebut, media Inggris menyebut Bogdan masuk dalam pengamatan Liverpool. Terlebih kiper tersebut telah menolak tawaran perpanjangan kontrak dari Bolton, sementara kontraknya sekarang berakhir pada Juni nanti. Artinya, Bogdan bisa diperoleh secara gratis pada bursa musim panas mendatang.
“Kami melakukan segalanya untuk mencetak gol. Aku sangat bangga pada tim ini. Kami terus menggedor pertahanan mereka, (tetapi) kiper mereka melakukan penyelamatan-penyelamatan gemilang,” demikian puji Rodgers usai pertandingan, seperti dilansir BBC Sport.
Daily Mail melansir, sejumlah klub Bundesliga juga menaruh minat pada Bogdan. Musim panas lalu, ia menolak tawaran senilai 1,2 juta pound dari FC Mainz. Hingga saat ini Mainz masih terus berusaha mendapatkan Bogdan. Sementara Stuttgart dan Hannover dikabarkan ikut memasang radarnya pada sang kiper.
Jika Liverpool benar-benar tertarik mendatangkan kiper baru, mungkin Bogdan cocok sebagai pelapis bagi Simon Mignolet. Utamanya untuk menggantikan Brad Jones yang usianya sudah melewati 30 tahun. Namun sebagai pesaing sekaligus pemacu agar Mignolet meningkatkan performanya, rasanya Rodgers sebaiknya mencari kiper lain yang lebih teruji kemampuannya, sekaligus mempunyai jam terbang lebih banyak.
Mengandalkan formasi 3-4-2-1 andalannya, Rodgers memasang Raheem Sterling sebagai striker tunggal di lini depan. Hasilnya tokcer seperti sebelum-sebelumnya, dalam artian serangan Liverpool mengalir deras ke lini pertahanan Bolton. Total The Reds melancarkan 24 tembakan selama 90 menit berjalan. Dari jumlah itu, sembilan tembakan mengarah tepat ke gawang.
Sayang, peluang demi peluang yang dibuat Liverpool selalu mentah di tangan Bogdan. Kiper berusia 27 tahun tersebut melakukan serangkaian penyelamatan untuk menjaga gawangnya tetap bersih. Skor akhir 0-0 menjadi buah dari penampilan brilian Bogdan, tentu juga ditopang oleh disiplinnya lini pertahanan Bolton.
Bogdan sebenarnya bukan pilihan utama manajer Neil Lennon di Bolton. Pertandingan melawan Liverpool adalah pertandingan keduanya sepanjang musim ini, yang pertama pun dicatatkan pada Agustus lalu. Lennon lebih mempercayakan pos penjaga gawang kepada Andy Lonergan.
Jawaban yang diberikan Bogdan pada kepercayaan Lennon sungguh luar biasa. Andai bukan karena penyelamatan demi penyelamatan yang dilakukannya, Bolton bisa jadi pulang dari Anfield dengan kekalahan 2-3 gol tanpa balas. Ini jadi clean sheet kedua bagi Bogdan musim ini, dua-duanya di Piala FA. Menarik dinantikan akankah Lennon bakal mempercayakan posisi kiper utama kepada Bogdan di laga replay pekan depan.
Menyusul penampilan briliannya tersebut, media Inggris menyebut Bogdan masuk dalam pengamatan Liverpool. Terlebih kiper tersebut telah menolak tawaran perpanjangan kontrak dari Bolton, sementara kontraknya sekarang berakhir pada Juni nanti. Artinya, Bogdan bisa diperoleh secara gratis pada bursa musim panas mendatang.
“Kami melakukan segalanya untuk mencetak gol. Aku sangat bangga pada tim ini. Kami terus menggedor pertahanan mereka, (tetapi) kiper mereka melakukan penyelamatan-penyelamatan gemilang,” demikian puji Rodgers usai pertandingan, seperti dilansir BBC Sport.
Daily Mail melansir, sejumlah klub Bundesliga juga menaruh minat pada Bogdan. Musim panas lalu, ia menolak tawaran senilai 1,2 juta pound dari FC Mainz. Hingga saat ini Mainz masih terus berusaha mendapatkan Bogdan. Sementara Stuttgart dan Hannover dikabarkan ikut memasang radarnya pada sang kiper.
Jika Liverpool benar-benar tertarik mendatangkan kiper baru, mungkin Bogdan cocok sebagai pelapis bagi Simon Mignolet. Utamanya untuk menggantikan Brad Jones yang usianya sudah melewati 30 tahun. Namun sebagai pesaing sekaligus pemacu agar Mignolet meningkatkan performanya, rasanya Rodgers sebaiknya mencari kiper lain yang lebih teruji kemampuannya, sekaligus mempunyai jam terbang lebih banyak.
Chelsea Inginkan Jasa Sterling
Jelang leg kedua semifinal Piala Liga antara Chelsea kontra
Liverpool, Rabu (28/1) dini hari WIB nanti, beredar kabar pihak Chelsea
terus memantau situasi terbaru Raheem Sterling di Liverpool. Gelandang
lincah milik The Reds tersebut diberitakan menjadi buruan terbaru The
Blues di bursa transfer musim dingin ini.
Memang, dalam beberapa pekan terakhir belum ada capaian kesepakatan masa depan Sterling di Anfield. Mengambangnya status sang winger yang beberapa partai terakhir kerap diplot jadi striker, bisa dimanfaatkan klub-klub elite Eropa.
Setelah klub raksasa asal Spanyol, Real Madrid, sejak musim lalu terang-terangan berminat mendatangkan Sterling ke Santiago Bernabeu. Kini klub rival di Premier League, yakni Chelsea, yang dikabarkan memantau situasi terkini Sterling.
Sementara itu, rumor lain menyebutkan Sterling sendiri juga ingin pergi dari Anfield. Soal kenaikan gaji dan masih tercecernya Liverpool di papan tengah klasemen Premier League, disebut-sebut menjadi alasan pemain keturunan Jamaika tersebut ingin segera ganti seragam.
Seperti dilansir The Express, Chelsea mencoba untuk memanfaatkan situasi di kubu The Reds. Jose Mourinho tertarik mendatangkan gelandang 20 tahun tersebut karena performa apik sang pemain. Bahkan di pertemuan terakhir kedua tim pada leg pertama semifinal Piala Liga di Anfield, Sterling-lah yang menggagalkan kemenangan The Blues.
Sterling mencetak gol brilian di babak kedua pada laga tersebut. Melewati kepungan 3-4 pemain Chelsea, ia dengan tenang menceploskan bola ke gawang Thibaut Courtois yang tampil hebat sepanjang pertandingan. Alhasil, laga berakhir imbang 1-1.
Di luar kebenaran Chelsea berniat membajak Sterling, bila sang pemain dan klub belum juga sampai pada titik sepakat, agenda lain yang patut diwaspadai The Reds adalah upaya The Blues merusak konsentrasi pasukan Brendan Rodgers. Pasalnya, tengah pekan ini, Rabu (28/1) dini hari WIB, keduanya akan kembali bertarung guna memperebutkan satu tiket ke final Piala Liga Inggris.
Chelsea baru saja tersingkir dari Piala FA setelah dikalahkan Bradford City. Mourinho kabarnya sampai mendiamkan para pemainnya usai kekalahan tersebut. Kepada media, manajer asal Portugal itu menyatakan ingin lolos ke final Piala Liga sebagai gantinya.
Memang, dalam beberapa pekan terakhir belum ada capaian kesepakatan masa depan Sterling di Anfield. Mengambangnya status sang winger yang beberapa partai terakhir kerap diplot jadi striker, bisa dimanfaatkan klub-klub elite Eropa.
Setelah klub raksasa asal Spanyol, Real Madrid, sejak musim lalu terang-terangan berminat mendatangkan Sterling ke Santiago Bernabeu. Kini klub rival di Premier League, yakni Chelsea, yang dikabarkan memantau situasi terkini Sterling.
Sementara itu, rumor lain menyebutkan Sterling sendiri juga ingin pergi dari Anfield. Soal kenaikan gaji dan masih tercecernya Liverpool di papan tengah klasemen Premier League, disebut-sebut menjadi alasan pemain keturunan Jamaika tersebut ingin segera ganti seragam.
Seperti dilansir The Express, Chelsea mencoba untuk memanfaatkan situasi di kubu The Reds. Jose Mourinho tertarik mendatangkan gelandang 20 tahun tersebut karena performa apik sang pemain. Bahkan di pertemuan terakhir kedua tim pada leg pertama semifinal Piala Liga di Anfield, Sterling-lah yang menggagalkan kemenangan The Blues.
Sterling mencetak gol brilian di babak kedua pada laga tersebut. Melewati kepungan 3-4 pemain Chelsea, ia dengan tenang menceploskan bola ke gawang Thibaut Courtois yang tampil hebat sepanjang pertandingan. Alhasil, laga berakhir imbang 1-1.
Di luar kebenaran Chelsea berniat membajak Sterling, bila sang pemain dan klub belum juga sampai pada titik sepakat, agenda lain yang patut diwaspadai The Reds adalah upaya The Blues merusak konsentrasi pasukan Brendan Rodgers. Pasalnya, tengah pekan ini, Rabu (28/1) dini hari WIB, keduanya akan kembali bertarung guna memperebutkan satu tiket ke final Piala Liga Inggris.
Chelsea baru saja tersingkir dari Piala FA setelah dikalahkan Bradford City. Mourinho kabarnya sampai mendiamkan para pemainnya usai kekalahan tersebut. Kepada media, manajer asal Portugal itu menyatakan ingin lolos ke final Piala Liga sebagai gantinya.
Lucas Leiva ingin bawa Liverpool kembali ke Wembley
Lucas Leiva hanya menjadi penonton saat Liverpool mengalahkan Cardiff
City di Stadion Wembley untuk meraih trofi Piala Liga pada 2012. Cedera
membuat gelandang bertahan asal Brasil ini tidak tampil di final.
Penasaran dengan momen tersebut, ia bertekad kembali membawa timnya ke
Wembley tahun ini.
Di bawah arahan Kenny Dalglish, Liverpool melaju ke dua final piala domestik pada musim 2011/12. Setelah final Piala Liga di bulan Februari, The Reds juga melaju hingga ke final Piala FA sebulan berselang. Kedua pertandingan tersebut dipentaskan di Wembley.
Lucas terlibat dalam partai final Piala FA, namun ketika itu Liverpool dikalahkan Chelsea sehingga gagal meraih trofi. Sedangkan saat melakoni final Piala Liga, cedera membuat Lucas absen. Ia bahkan sudah tidak memperkuat tim sejak semifinal. Momen ini menjadi pengalaman tak mengenakkan baginya.
“Kejadian itu berat bagiku. Aku ingat ketika kami berada dalam perjalanan ke stadion (Wembley) aku merasa sedikit kecewa karena aku ingin ikut bermain di atas lapangan. Aku ingat Stevie (Gerrard) mengirimi sebuah pesan teks yang berbunyi, ‘Jangan khawatir, kita akan ke sini lagi nanti,'” kenang Lucas, seperti dikutip Liverpool Echo, Senin (27/1) lalu.
“Hal tersebut selalu aku ingat dan semoga kami bisa mewujudkannya. Itu akan menjadi sangat spesial. Aku tak pernah bermain di Wembley dan aku sangat ingin melakukannya. Dan tampil di sebuah laga final tentu sangat brilian,” sambungnya.
Meski ketika itu tak ikut bermain, namun Lucas ikut dalam perayaan kemenangan usai rekan-rekannya memastikan kemenangan dramatis lewat adu penalti. Ia juga tak malu-malu ikut merasa bangga atas keberhasilan tersebut. Gelar juara tersebut menjadi satu-satunya yang pernah ia raih sejak pindah ke Liverpool pada 2007 lalu.
“Aku punya medalinya di rumahku dan aku selalu melihatnya. Aku mungkin tidak bermain di final, tapi medali pertamaku untuk klub itu penting. Pemain-pemain lain mungkin memenangkan lebih banyak medali, tapi medali pertama itu sangat penting bagiku,” tambahnya lagi.
“Tentu saja orang-orang mengingat siapa yang bermain di final, tapi aku bermain hingga perempatfinal jadi aku terlibat di dalamnya. Aku rasa aku layak mendapatkan (medali) ini. Aku tidak mendapatkan medali di upacara penyerahan medali, tapi klub mengusahakan agar aku mendapatkannya. Kurasa Kenny yang mengupayakannya,” sambung Lucas.
“Aku hanya punya satu kesempatan untuk mendapatkan trofi sejak aku datang. Kami menjadi runner-up dua kali di Premier League dan kalah di final Piala FA. Penting untuk memenangkan banyak trofi, sebab itulah yang diingat orang-orang di klub besar.
“Masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun mudah-mudahan klub ini bisa kembali ke final dan kami dapat memenangkan kompetisi ini,” pungkasnya.
Di bawah arahan Kenny Dalglish, Liverpool melaju ke dua final piala domestik pada musim 2011/12. Setelah final Piala Liga di bulan Februari, The Reds juga melaju hingga ke final Piala FA sebulan berselang. Kedua pertandingan tersebut dipentaskan di Wembley.
Lucas terlibat dalam partai final Piala FA, namun ketika itu Liverpool dikalahkan Chelsea sehingga gagal meraih trofi. Sedangkan saat melakoni final Piala Liga, cedera membuat Lucas absen. Ia bahkan sudah tidak memperkuat tim sejak semifinal. Momen ini menjadi pengalaman tak mengenakkan baginya.
“Kejadian itu berat bagiku. Aku ingat ketika kami berada dalam perjalanan ke stadion (Wembley) aku merasa sedikit kecewa karena aku ingin ikut bermain di atas lapangan. Aku ingat Stevie (Gerrard) mengirimi sebuah pesan teks yang berbunyi, ‘Jangan khawatir, kita akan ke sini lagi nanti,'” kenang Lucas, seperti dikutip Liverpool Echo, Senin (27/1) lalu.
“Hal tersebut selalu aku ingat dan semoga kami bisa mewujudkannya. Itu akan menjadi sangat spesial. Aku tak pernah bermain di Wembley dan aku sangat ingin melakukannya. Dan tampil di sebuah laga final tentu sangat brilian,” sambungnya.
Meski ketika itu tak ikut bermain, namun Lucas ikut dalam perayaan kemenangan usai rekan-rekannya memastikan kemenangan dramatis lewat adu penalti. Ia juga tak malu-malu ikut merasa bangga atas keberhasilan tersebut. Gelar juara tersebut menjadi satu-satunya yang pernah ia raih sejak pindah ke Liverpool pada 2007 lalu.
“Aku punya medalinya di rumahku dan aku selalu melihatnya. Aku mungkin tidak bermain di final, tapi medali pertamaku untuk klub itu penting. Pemain-pemain lain mungkin memenangkan lebih banyak medali, tapi medali pertama itu sangat penting bagiku,” tambahnya lagi.
“Tentu saja orang-orang mengingat siapa yang bermain di final, tapi aku bermain hingga perempatfinal jadi aku terlibat di dalamnya. Aku rasa aku layak mendapatkan (medali) ini. Aku tidak mendapatkan medali di upacara penyerahan medali, tapi klub mengusahakan agar aku mendapatkannya. Kurasa Kenny yang mengupayakannya,” sambung Lucas.
“Aku hanya punya satu kesempatan untuk mendapatkan trofi sejak aku datang. Kami menjadi runner-up dua kali di Premier League dan kalah di final Piala FA. Penting untuk memenangkan banyak trofi, sebab itulah yang diingat orang-orang di klub besar.
“Masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun mudah-mudahan klub ini bisa kembali ke final dan kami dapat memenangkan kompetisi ini,” pungkasnya.
Mario Balotelli bahagia di Liverpool
Kerap dijadikan cadangan, Mario Balotelli diterpa isu kencang bakal
dijual Liverpool pada Januari ini. Namun kabar tersebut telah dibantah
oleh manajer Brendan Rodgers. Agen si pemain, Mino Raiola, menambahkan
bahwa kliennya merasa sangat bahagia di Liverpool dan tak akan pindah.
Setidaknya hingga akhir musim nanti.
Setelah tak mampu menunjukkan ketajamannya, Rodgers kerap membangku-cadangkan Balotelli. Dalam skema 3-4-2-1 yang dipakainya sejak dikalahkan Manchester United pertengahan Desember lalu, Rodgers lebih suka memainkan Raheem Sterling sebagai penyerang tunggal. Ketika kemudian mengubah strategi dan memasukkan penyerang murni, bukan Balotelli yang dipasang.
Terakhir kali Balotelli bermain pada 10 Januri lalu. Ia diturunkan sebagai pemain pengganti saat itu. Sedangkan terakhir kali ia dimainkan sebagai starter telah berlalu 2,5 bulan silam. Tepatnya ketika Liverpool menjamu Chelsea di Anfield, 8 November lalu.
Meski demikian, Raiola mengaku kliennya merasa sangat bahagia di Liverpool.
“Ya, ia bahagia di Liverpool. Tidak ada pemain yang senang dicadangkan, tapi ia bereaksi secara profesional,” uajr Raiola seperti dikutip Sky Sports.
“Ia cedera dan kemudian pindah ke sebuah klub besar. Mario akan memenangkan pertarungan ini dan menjadi lebih baik. Ini semua tergantung pada Brendan Rodgers untuk memberinya kesempatan,” lanjutnya.
Balotelli tak masuk dalam skuat Liverpool yang menjamu Bolton Wanderers di putaran keempat Piala FA, Sabtu (24/1) lalu. Hal ini membuat spekulasi kepindahan Balotelli semakin kencang. Namun Raiola mengingatkan hubungan kliennya dengan Rodgers berjalan baik.
“Mereka (Balotelli dan Rodgers) berbicara dan itu adalah sebuah hubungan yang baik. Mario menyukainya. Mereka mungkin tidak sependapat dalam semua hal. Ada alasan teknis yang tidak disepakati, tapi Mario akan berusaha memberikan apa diinginkan manajernya,” kata Raiola lagi.
“Kepindahan (ke Liverpool) ini adalah tindakan tepat dalam kariernya. Ia masihlah salah seorang yang terbaik di dunia. Kami tidak memintanya untuk pindah. Hal tersebut masih terlalu dini, dengan cederanya, untuk mengatakan kami akan pindah Januari ini.
“Tidak ada masalah besar. Ia sedang beradaptasi dengan satu gaya baru yang diinginkan manajer. Kita lihat saja musim panas nanti,” pungkas Raiola.
Setelah tak mampu menunjukkan ketajamannya, Rodgers kerap membangku-cadangkan Balotelli. Dalam skema 3-4-2-1 yang dipakainya sejak dikalahkan Manchester United pertengahan Desember lalu, Rodgers lebih suka memainkan Raheem Sterling sebagai penyerang tunggal. Ketika kemudian mengubah strategi dan memasukkan penyerang murni, bukan Balotelli yang dipasang.
Terakhir kali Balotelli bermain pada 10 Januri lalu. Ia diturunkan sebagai pemain pengganti saat itu. Sedangkan terakhir kali ia dimainkan sebagai starter telah berlalu 2,5 bulan silam. Tepatnya ketika Liverpool menjamu Chelsea di Anfield, 8 November lalu.
Meski demikian, Raiola mengaku kliennya merasa sangat bahagia di Liverpool.
“Ya, ia bahagia di Liverpool. Tidak ada pemain yang senang dicadangkan, tapi ia bereaksi secara profesional,” uajr Raiola seperti dikutip Sky Sports.
“Ia cedera dan kemudian pindah ke sebuah klub besar. Mario akan memenangkan pertarungan ini dan menjadi lebih baik. Ini semua tergantung pada Brendan Rodgers untuk memberinya kesempatan,” lanjutnya.
Balotelli tak masuk dalam skuat Liverpool yang menjamu Bolton Wanderers di putaran keempat Piala FA, Sabtu (24/1) lalu. Hal ini membuat spekulasi kepindahan Balotelli semakin kencang. Namun Raiola mengingatkan hubungan kliennya dengan Rodgers berjalan baik.
“Mereka (Balotelli dan Rodgers) berbicara dan itu adalah sebuah hubungan yang baik. Mario menyukainya. Mereka mungkin tidak sependapat dalam semua hal. Ada alasan teknis yang tidak disepakati, tapi Mario akan berusaha memberikan apa diinginkan manajernya,” kata Raiola lagi.
“Kepindahan (ke Liverpool) ini adalah tindakan tepat dalam kariernya. Ia masihlah salah seorang yang terbaik di dunia. Kami tidak memintanya untuk pindah. Hal tersebut masih terlalu dini, dengan cederanya, untuk mengatakan kami akan pindah Januari ini.
“Tidak ada masalah besar. Ia sedang beradaptasi dengan satu gaya baru yang diinginkan manajer. Kita lihat saja musim panas nanti,” pungkas Raiola.
Chelsea 1 vs 0 Liverpool
Chelsea melangkah ke final Piala Liga usai menaklukkan Liverpool dengan skor 1-0 lewat drama 120 menit, Rabu (28/1), di Stamford Bridge.
Laga yang memicu perang urat saraf ini berakhir imbang tanpa gol selama 90 menit. Kedua tim sama-sama menciptakan peluang, namun tak satupun berbuah gol di waktu normal. Kebuntuan baru terpecahkan di babak tambahan lewat tandukan Branislav Ivanovic.
Babak Pertama
Di menit awal pertandingan, kedua kubu langsung melakukan transaksi serangan. Chelsea dengan Diego Costanya berhasil menembus pertahanan Liverpool, tapi operannya pada Willian mampu digagalkan Lucas sebelum tembakan dilepaskan.
Tim tamu sendiri berkali-kali menciptakan peluang dengan Raheem Sterling sebagai pucuk serangannya. Sayang, belum ada peluang yang benar-benar bersih untuk dikonversi menjadi gol. Adapun, kedua tim sempat bersitegang saat Costa menginjak kaki Emre Can di pinggir lapangan.
Memasuki menit ketiga puluh, intensitas serangan kedua klub meningkat. Umpan manis Steven Gerrard disambut Alberto Moreno yang berlari di sisi kiri dan berhadapan dengan Thibaut Courtois. Sayang, sepakannya masih mampu ditepis oleh sang kiper Belgia.
Selanjutnya, giliran Philippe Coutinho yang mengancam. Pergerakannya berhasil memperdaya Kurt Zouma dan gelandang Brasil itu melepas sepakan keras ke gawang Chelsea. Lagi-lagi Courtois ada di sana untuk melakukan penyelamatan gemilang.
Chelsea balas menyerang di menit akhir paruh pertama. Sepakan bebas Oscar dan tendangan jarak jauhnya cukup untuk membuat fan Liverpool senam jantung, namun keduanya masih meleset dari sasaran.
Babak Kedua
Suasana langsung memanas ketika babak kedua mulai bergulir. Lucas melakukan tekel keras pada Oscar, sementara Costa bersitegang dengan Skrtel. Sempat terjadi keributan di sektor pertahanan Liverpool, namun kedua kubu sama-sama coba mendinginkan kepala.
Alur permainan mulai berpihak pada Chelsea setelahnya. Mereka mengancam pertahanan Liverpool berturut-turut. Salah satunya ialah aksi individu Eden Hazard yang memperdaya empat pemain The Reds. Gelandang Belgia itu menutup aksi dribelnya dengan sepakan keras, tapi masih meleset di samping gawang.
Costa ganti mengancam gawang Liverpool. Sepakan voli tanggungnya membentur kaki Skrtel dan Mignolet diperdaya olehnya. Untung saja kaki sang kiper mampu bereaksi untuk menghalau bola pantul tersebut.
Kesalahan Henderson juga nyaris membuat Chelsea unggul saat sapuannya mengarah ke Oscar. Sekali lagi, Mignolet ada di sana untuk menekel bola dan menyelamatkan gawang Liverpool.
Transaksi serangan terus berlanjut, namun kedua kiper tampil brilian di bawah mistar. Paruh kedua kembali berakhir tanpa gol dan kedua klub dipaksa melakoni babak tambahan.
Babak Tambahan
Mario Balotelli membuka babak ekstra dengan sepakan tak terarahnya. Kerjasama antara Coutinho dan Sterling sudah cukup manis, namun penyerang Italia ini malah menyepak bola ke tribun penonton.
Tepat setelah aksi Balo tersebut, kebuntuan akhirnya terpecahkan. Tandukan Ivanovic yang bermula dari sepakan bebas Oscar berhasil menembus penjagaan Mignolet. Stamford Bridge meledak dan satu kaki Chelsea sudah ada di Wembley.
Lanjut ke paruh kedua babak tambahan, Liverpool coba mendominasi. Kemelut sempat terjadi di kotak penalti Chelsea, namun tak menghasilkan apapun bagi Liverpool
Subscribe to:
Posts (Atom)